Source Code

WEB, DESKTOP, MOBILE, Mata Kuliah, Ebook, Artikel, Jurnal Teknologi Informasi, Inspirasi , Motivasi, Literasi, Seputar Islam dan Cerita Lucu

Gambar Koala

Thursday, 3 December 2020

Literasi# Histerektomi - Part 4

 






 

“Jangan banyak pikiran!” perintah Dokter Arif pada visit terakhir.

 

“Gimana nggak banyak pikiran, Dok. Rahimnya sudah nggak ada.”

 

“Pilih mana, rahimnya yang nggak ada atau orangnya yang nggak ada?”

 

Pertanyaan yang menohok, aku diam tak menjawab menyadari sesuatu.

 

“Jangan kerja yang berat-berat dulu, kerja yang ringan-ringan saja dulu. Masak yang gampang  boleh, cuci baju banyak jangan, olah raga yang berat jangan, jalan-jalan kecil dululah.” Nasehat beliau.

 

“Sudah ya, cepet sehat, jangan lupa minggu depan kontrol, pokoknya jangan banyak pikiran.” Tegas beliau mengingatkan kembali.

 

Suami bolak balik mengurus administrasi kepulangan, sebelumnya diberitahu oleh Bidan Yayah -kepala ruangan- mengenai selisih pembayaran BPJS yang harus diselesaikan.

 

“Ibu Bapak, biaya perawatan Ibu seluruhnya dua puluh juta enam ratus lima puluh ribu, ada selisih yang harus dibayar empat juta enam ratus lima puluh ribu.”

 

“Ibu jangan pikirkan selisih yang harus dibayar kenapa besar, jangan pikirkan uangnya. Ibu harus bersyukur, masih bisa ketemu keluarga, masih bisa mengurus anak-anak, mengurus suami, soalnya jarang-jarang yang seperti Ibu bisa selamat, kebanyakan lewat.”

 

“Kasus Ibu termasuk Cito yaitu pasien yang harus segera ditangani saat itu juga, kalau tidak diambil tindakan segera bisa mengancam keselamatan Ibu, termasuk operasi besar. Makanya Ibu harus banyak-banyak bersyukur sama Allah masih diberi kesempatan.”

 

Perkataan Dokter Arif dan Bidan Yayah seperti sebuah energi baru, layaknya sebuah ponsel yang habis baterai, pelan-pelan mulai terisi.

 

Sebelum meninggalkan ruangan, kami berpamitan menyalami satu-satu perawat serta bidan. Banyak do’a yang terucap dari mereka, banyak nasehat yang diberikan. Sekarang aku merasakan sebagai pasien, selain obat-obatan yang diperlukan, juga yang lebih dibutuhkan adalah sebuah dukungan, penyemangat, bukan tatapan iba mengasihani yang akan membuat pasien merasa manusia yang paling menyedihkan … percayalah pasien yang sedang terpuruk hanya butuh pelukan dan support. Kami meninggalkan RS dengan senyuman.

 

Pulang ke rumah disambut isak tangis mamah, aku berusaha nampak tegar, tidak ikut terpancing menangis. Langsung menuju kamar, rindu bayi yang sudah tiga hari tidak bertemu. Aku menatapnya dengan mata berbinar dan hati  membuncah, usianya memasuki bulan ketiga, sedang aktif-aktifnya belajar menggerak-gerakan kaki dan tangan dengan lincah, yang paling menggemaskan celotehannya yang tak jelas menjadi obat pelipur lara.

 

“Ibu beruntung anak sudah tiga, kakakku baru punya anak satu rahimnya harus diangkat karena tumor.”

 

“Karyawanku baru nikah setahun belum punya anak, istrinya sudah diangkat rahim.”

 

Banyak kata-kata penghiburan dari tetangga, itu cukup membuatku menyadari bahwa aku sangat beruntung dibandingkan cerita mereka.

 

“Bibiku juga sudah diangkat rahimnya, anaknya satu sudah besar, mereka rukun sampai sekarang malah kelihatnnya semakin sayang paman ke bibi.”

 

Thank you so much neighbors, your support means a lot.

 

-----

 

“Waktu Ibu sedang dioperasi, ada telepon dari Rani. Kata Dokter Taufik, sepertinya Ibu harus diangkat rahim.” Suamiku mulai bercerita.

 

“Terus Ayah jawab ‘telat ngasih tahunya, ini lagi dioperasi’,” lanjutnya.

 

“Pantesan Doktek Taufik waktu terakhir kontrol terlihat berbeda, kaya mau bilang sesuatu, tapi ditahan,” kataku.

 

“Sudah jalan-Nya harus di Sukabumi. Di mana pun yang penting sekarang Ibu sehat,” ucap suami.

 

“Ayah juga dikasih lihat rahim Ibu sama Dokter Arif, sebesar kepalan tangan, ada lubang kecil di tengah-tengah. Kaya kita habis gigit roti di bagian tengah, nah bekas gigitannya membekas, rahim Ibu keadaannya gitu.”

 

“Perasaan, Ayah gimana waktu itu?” tanyaku.

 

“Jangan ditanya, nggak karuan rasanya. Sebenarnya kuretnya tidak jadi, kata dokter baru pengukuran kedalaman, tiba-tiba darah langsung muncrat. Lihat Dokter Arif sampai keringetan lari-lari, semua panik, rencana mau kuret malah jadi operasi,” jawab suami.

 

-----

 

Satu minggu pasca operasi waktunya kontrol, Dokter Arif menjawab ketakutan yang selama ini menganggu pikiran.

 

“Ibu yang diangkat rahim Ibu yang ini (dengan menunjukan gambar peraga yang berada di samping mejanya), sel telur Ibu kanan dan kiri masih utuh, tidak diangkat.”

 

“Kegiatan hubungan intim Ibu dengan Bapak tidak akan terganggu, karena beda organ dan beda fungsinya. Rahim tempat janin tumbuh, sedangkan aktivitas intim suami istri berlangsung di dalam v-----.”

 

“Operasi pengangkatan rahim tidak mempengaruhi sensasi di v----- atau kemampuan untuk mencapai kepuasan. Ada beberapa istri bahkan dapat menikmati aktivitas intim suami istri yang lebih baik setelah operasi.”

 

“Ibu tidak perlu khawatir dengan penyakit kanker rahim, Ibu terhindar dari itu, ibadah Ibu tidak akan terganggu dengan siklus datang bulan karena Ibu tidak akan mengalaminya lagi.”

 

-----

 

Akan merasa kehilangan jika sudah pergi, kalimat itu pasti sering terdengar, dan aku pernah mengalami prosesnya. Ikhlas … satu-satu jalan untuk berdamai dengan keadaan, membuat hati lapang, tapi buatku itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, aku tidak memiliki kesabaran yang tinggi, sungguh imanku sangat tipis.

 

“Sini adeknya aku gendong, kebetulan lagi dapet.” Kalimat yang sangat biasa, tapi membuat langkahku melambat dan termenung lama ketika mengambil air wudhu. Pernah menangis gara-gara melihat pembalut di lemari, terdengar konyol mungkin tapi pembalut bagiku mempunyai arti yang dalam, sebuah perpisahan, karena dia pernah menemaniku kurang lebih tiga bulan tanpa jeda.

 

Dulu aku sering mengeluh ketika datang bulan datang, rasa sakit melilit di perut yang tak tertahankan. Buat para perempuan yang sampai sekarang masih mengalami siklus datang bulan, jika rasa itu datang, pejamkan mata, resapi setiap sakitnya nikmati keadaannya, jangan mengeluh apalagi marah sampai menghujat, karena itu adalah suatu keajaiban sebuah anugerah yang tak terhingga karena di belahan bumi lain ada seorang perempuan  yang tidak bisa lagi menikmati anugerah-Nya dan dia merindukan kehadirannya.

 

Dalam proses pencarian menuju ikhlas, qadarullah seseorang mengirim sebuah video tausiah seorang ustdaz, Oemar Mita dengan judul Hakikat Sabar.

 

Orang-orang ahlul musibah (orang-orang yang hidupnya diuji terus) dihisab terlebih dahulu, dan Allah akan ganti dengan tiga hal yaitu surga, kekuatan dan tempat yang tinggi di surga. Tempat itu tidak bisa diraih dengan sholat, tidak bisa diraih dengan sadaqah tapi hanya bisa diraih oleh orang yang sabar ketika mendapati ujian.

 

Ahlul ‘afiah (orang-orang yang hidupnya jarang diuji) sampai mendongkak ke atas saking tingginya kedudukan ahlul musibah di surga. Dan ahlul ‘afiah berkata, “Ya Allah jika setiap dibalik ujian akan mendapatkan kedudukan tinggi di surga dan betapa mudahnya mereka (ahlul musibah) dihisab karena sudah berkurang dosa-dosanya, tolong ya Allah hidupkan kami (ahlul ‘afiah) sekali lagi, beri kami ujian.”

 

Dan sayangnya orang yang sudah meninggal tidak dapat hidup kembali lagi ke bumi.

 

Isi sebagian dari tausiah.

 

Aku dengarkan berulang kali video tersebut, diulang lagi dan lagi sampai memahami betul maknanya.

 

Aku bukanlah orang yang berlimpah materi, apalagi crazy rich people, ilmu agamaku minim, aku bukan seorang cendekiawan yang berilmu tinggi. Shadaqahku bisa dihitung dengan jari, dalam salatku terkadang ragu hitungan rakaat, banyak amalan sunah yang terabaikan, tadarus Quranku sering terlewatkan. Lantas amalan apa yang bisa aku bawa nanti ke hadapan Sang Pencipta? Sedangkan aku sering meminta untuk menjadi salah satu penghuni surga.

 

Anakku sering menggambar kami sekeluarga dan dia beri judul ‘Keluarga Bahagia’, iya aku berada di dalam keluarga bahagia. Anak-anak yang sehat, tidak pernah berulah yang membuat orang tuanya murka, berprestasi di sekolah. Suami orang yang selalu bertutur kata lembut, tak pernah sekalipun membentak apalagi berkata kasar, tidak banyak menuntut. Dan apa yang aku takutkan dulu tidak terbukti, hubungan intim suami istri, berlangsung seperti biasa, tidak ada yang berubah, kami bisa menikmatinya, much better. Lalu  kenapa aku harus meratap terus? Sepanjang usia banyak mengecap kisah suka cita, sedangkan kisah duka baru kali ini merasakan teramat, lantas kenapa aku harus mengabaikan kisah sukanya dan terlalu fokus pada duka?

 

Fabiayyi Alaa Irobbikuma Tukadziban, Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan, ayat 13 yang diulang sebanyak 31 kali dalam surat Ar Rahman.

 

Aku meraba perut bagian bawah, ada garis lurus yang tidak semua orang punya. Ini adalah sebuah tanda sayang dari Sang Kuasa, Dia Maha Tahu bahwa amalanku tidak cukup untuk menempati tempat terindah-Nya, maka Allah beri ujian ini. Bukankah setiap ada kebahagiaan diiringi kesedihan, dan setelah melewatinya akan ada pelangi menghiasi.

 

Aku berkata pada diri sendiri, “sisakan ruang dalam hati, gunakan itu untuk menerima diri sendiri apapun keadaannya, bukankah dunia ini fana, semua hanya titipan termasuk tubuhmu, kamu hanya ruh yang menempati tubuh ini. Gunakan sisa ruang itu untuk berdamai dengan keadaan, lapangkan dada, ikhlaslah dengan suratan, bukankah salah satu rukun iman adalah percaya pada qodo dan qodar. Lepaskan.”

 

Setiap orang berbeda proses dalam mencapai ikhlas, ada yang membutuhkan waktu yang lama ada pula yang sebentar. Tergantung seberapa besar keinginan untuk mencapainya dan sebesar apa usaha untuk mewujudkannya.

 

Aku memejamkan mata, meraup udara sebanyak yang aku mampu, menghembuskannya perlahan, menempatkan kedua telapak tangan pada perut bagian bawah, dan berkata, “I let you go. Terima kasih sudah menemaniku selama 38 tahun 2 bulan 6 hari, terima kasih telah membuatku menjadi wanita sempurna, terima kasih sudah membuatku menjadi seorang ibu, terima kasih sudah melengkapi hidupku. Terima kasih untuk rahimku.”

 

End.

 

Terima kasih untuk segenap jajaran tenaga medis di ruang Seruni, ruang Mawar Merah dan ruang Mawar Putih. Terima kasih juga untuk segenap jajaran tenaga medis di ruang Zaitun.  Terima kasih yang tak terhingga untuk Dokter Arif dan Dokter Taufik. Semoga Allah membalas atas kesigapan dan ketulusan dalam melakukan pekerjaan dan atas semua dedikasi yang telah di berikan.

Terima kasih untuk pembaca yang sudah berkenan mengikuti kisah ini, semoga bermanfaat.

Sedikit informasi :

  • Plasenta akreta adalah kondisi ketika ari-ari atau pembuluh darah pada plasenta bertumbuh pada dinding rahim terlalu dalam.
  •  Plasenta inkreta, yaitu ketika plasenta menempel semakin dalam pada rahim, bahkan hingga mencapai otot rahim.
  • Plasenta perkreta adalah plasenta bisa menembus dinding rahim dan menempel pada organ lain, seperti misalnya kandung kemih.
  • Plasenta previa adalah kondisi ketika letak plasenta rendah, sehingga menutupi bagian mulut rahim.





Oleh : Neng_Sri

No comments:

Post a Comment