Aku melangkah ke kamar belakang, membuka perlahan pintu
kamar, menyalakan lampu, mengedarkan pandangan, sunyi, sepi, dingin. Kemudian
duduk di atas kasur, mengusapnya pelan, sprei, bantal, guling, selimut,
tersusun rapi. Lalu berdiri, membuka lemari baju, tersenyum getir mengingat sering
mengomel, betapa semrawut isinya, tapi lihat, sekarang sudah rapi, semua sudah pada tempatnya. Ini bukan
hasil kerjaku, tapi hasil mereka sebelum melangkah pergi.
Menarik napas panjang dan menghembuskannya
dengan kasar. Aku masih merasakan kehadiran mereka, masih terlihat mereka
sedang bercengkrama, tersenyum melihat bayang adiknya menangis karena kejahilan
mereka, masih terdengar mereka memanggilku. Semuanya masih terekam jelas ... masih.
Pada malam selepas isya, dengan sorot mata
sendu aku lepas kepergian mereka sambil menahan sesak di dada, cepat kusuruh
untuk masuk ke mobil, bukan maksud untuk mengusir melainkan takut air mata
cepat datang dan terlihat.
Aku tahu dari tatapan mata mereka, berat untuk
pergi. Aku tahu mereka belum puas berada di rumah. Nanti menjelang Idul Fitri, mereka ‘kan datang lagi dan rumah akan kembali ramai. Bersabarlah, nak, perjuanganmu
masih panjang.
Setelah mobil yang membawa mereka tak terlihat
dari pandangan, cepat ku melangkah masuk ke kamar, menunaikan kewajiban yang
belum terlaksana, di penghujung do’a aku terisak, 'titip mereka Ya Allah, titip
mereka Ya Robbi, titip mereka Ya Rahman Ya Rahim, Engkaulah sebaik-baik
penjaga, titip mereka, titip mereka Ya Allah.'
Pada angin yang berhembus syahdu,
antarkan suara desaumu, bisikan kata rindu ini pada mereka.
Pada langit yang melindungi bumi, payungi mereka teriakan kata rindu dariku. Pada bintang yang menghiasi malam, kedipkan cahayamu pada mereka katakan ada titipan rindu dariku. Pada bulan yang menawan, singgahi kecantikanmu, belaikan rindu ini pada mereka. Pada Sang Khalik penguasa jagad, bentangkan rasa ini pada mereka, sekali lagi aku bersimpuh, memohon, aku titip para mujahidku.
Pada langit yang melindungi bumi, payungi mereka teriakan kata rindu dariku. Pada bintang yang menghiasi malam, kedipkan cahayamu pada mereka katakan ada titipan rindu dariku. Pada bulan yang menawan, singgahi kecantikanmu, belaikan rindu ini pada mereka. Pada Sang Khalik penguasa jagad, bentangkan rasa ini pada mereka, sekali lagi aku bersimpuh, memohon, aku titip para mujahidku.
oleh Neng Sri
No comments:
Post a Comment