Pernah
dengar atau baca kisah Layangan Putus? Sampai viral se-Indonesia. Pertama kali tahu cerita Layangan Putus di
beranda Facebook dan yang bikin
penasaran karena hari itu hampir beranda saya di penuhi cerita Layangan Putus.
Tulisan
ini merupakan sebuah opini di balik kisah Layangan Putus. Selamat membaca
semoga kita bisa ambil hikmah dan pelajaran dari kisahnya.
---------
Awal
November hari Jum’at siang saya membaca sebuah kisah nyata yang ditulis di grup
kepenulisan yang diasuh oleh Pak Isa Alamsyah dan Ibu Asma Nadia. Sebuah kisah
yang mengiris hati karena tentu saja ketika menuliskan kisah hidupnya keluar
dari hati dengan perasaan dan penghayatan yang begitu dalam sehingga kata-kata
yang tertuang mampu membuat pembaca ikut merasakan sedih, perih, dan dukanya.
Dan sukses membuat saya baper
berhari-hari … hiks hiks hiks.
Speechless
… saya tidak mengerti, sulit di percaya, karena tokoh yang dibicarakan merupakan
orang yang di lingkungan sekitarnya adalah orang-orang yang mengerti agama,
dilihat dari channel YouTube yang di milikinya.
Setelah
sholat Magrib pun rongga dada masih terasa sesak, dengan suara bergetar menahan
tangis, saya bilang ke suami, “Ayah kalau ayah sudah sukses, kaya raya jangan
lupain saya, ya!” Kening suami berkerut and
then saya ceritakan kisah tersebut.
"Sudah do’ain saya belum?" Itu tanggapan pertama darinya. Saya tersentak, karena memang jarang meminta untuk satu hal ini … do’a tentang kesetiaan pasangan baik saya maupun suami karena saya pun tak luput dari goadaan.
Saya
jawab tergagap, "iya pasti lah do’ain."
"Apa do’anya?" Tanya selanjutnya.
-----
Saya
tidak menentang syariat yang sudah tertulis dalam kitab suci Al-Quran.
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita
(lain) yang kamu senangi , dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak
akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang
kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”
(An-Nisa/4 : 3)
Saya garis bawahi kata adil. Adil dalam pandangan saya, jika istri ke satu di beri nafkah
lahir 10 juta maka istri kedua pun 10 juta, beda lagi dengan nafkah untuk anak,
istri kesatu anaknya dua pasti berbeda kebutuhannya dengan istri kedua yang
anaknya tiga. Adil dalam materi bukan sama rata. Begitu pun untuk adil dalam
jatah bergilir, istri kesatu tiga hari maka istri kedua pun tiga hari. Tetapi
untuk perasaan, rasa sayang, rasa cinta, suami tidak akan mampu bersikap adil,
pasti akan condong terhadap salah satu istri. Kenapa, karena dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Dan kamu sekali-kali
tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri (mu) walaupun kamu sangat
ingin berbuat demikian” (An-Nisa/4 : 129)
Ada ribuan kisah
poligami, ada yang benar-benar sesuai tuntunan syariat, niat karena lillah hitaala
di sadari dan di ketahui oleh ketiga belah pihak beserta keluarga maka kehidupan
poligami insyaallah langgeng. Ada yang di awali perselingkuhan, kebohongan, dan
pasti menimbulkan sakit hati lalu berakhir dengan perpisahan tapi tidak sedikit
yang terpaksa menerima poligami dengan pertimbangan ekonomi dan anak.
Dalam Islam, sependek pengetahuan
saya, jika suami ingin menikah lagi tidak ada syarat atau aturan wajib haruis ada
ijin dari istri sebelumnya, akan tetapi Islam yang saya kagumi sangat
menjungjung tinggi adab, sopa santun, tata karma karena di atas ilmu ada adab.
Maka maaf dalam kasus
layangan putus, sang suami yang berpendidikan dan berpengetahuan Islamnya
bagus, tapi beliau tidak menggunakan adab, buat saya jatuhnya dzolim terhadap
istri, karena di awali dengan perselingkuhan apapun alasannya.
Jikalau
poligami itu memang mudah untuk di jalankan, tidak mungkin nabi besar Muhammad
SAW, melarang poligami yang akan di lakukan menantunya Ali bin Abi Thalib
terhadap putrinya Fatimah. Ali menjalankan poligami setelah putri dari baginda
Muhammad SAW meninggal.
Nabi
sendiri pun menjalakankan pernikahan monogami dengan Khadijah selama 25 tahun
setelah istrinya wafat lalu mendapatkan wahyu
beliau baru menjalankan poligami.
Dan
kesalehan, ketakwaan Nabi Muhammad tidaklah sama dengan umatnya.
Fuih
… membahas poligami akan melebar dan berat, jadi jika ada niat ingin menikah
lagi, sebelumnya belajar lebih dalam tentang poligami dengan pasangan. Jika
istri belum memberikan ijinnya, maka bersabarlah jangan sampai karena tidak
sanggup bersikap sabar terjadi penghianatan di khawatirkan jika sebuah
pernikahan di awali dan niat tidak baik akan berdampak pada tercabutnya
keberkahan hidup, berkurangnya rejeki.
----
Iman seseorang kadang naik kadang turun, jangan terlalu
percaya diri bahwa iman pasangan kita selalu naik, karena setan selalu berusaha
keras membisiki, selalu punya cara dari berbagai penjuru arah agar bisa masuk.
Bahkan seorang mujahid, hafal seluruh Al-qur’an terkenal
karena keimanannya bisa tergelincir karena wanita dan mati dengan hina.1
Wanita menjadi salah satu ujian terberat, tidak sedikit
yang mengakui ketidakmampuannya melalui dengan ujian ini.
“Tidak
pernah kutinggalkan setelahku fitnah yang lebih dahsyat bahayanya bagi kaum
pria daripada fitnah wanita.” (Muttafaqun Alaih)
Pasangan saya adalah manusia biasa, saya tidak bisa
menjadi cctv yang setiap detik, setiap menit, setiap jam, bisa mengawasi gerak
geriknya, saya juga tidak bisa menjadi ahli hacker, yang bisa dengan mudah
melacak aktifitasnya di dunia maya, saya tidak bisa menjadi detektif handal,
yang dengan lihai membuntuti semua kegiatannya, saya hanya bisa meletakan
kepercayaan padanya dan berusaha menjadi istri yang di harapkannya, itu pun
saya tidak mempunyai jaminan apakah dia akan setia sampai akhir hayat, yang
bisa saya lakukan adalah menitipkannya pada sang maha penggenggam hati yaitu
Allah SWT.
Fitrahnya laki-laki senang melihat yang bening, panah
matanya bisa melesat jauh dan tak terkontrol, hanya iman yang mampu
mengendalikannya.
Jangan pernah merasa bosan mendo’akan pasangan halal kita
agar selalu menundukan pandangan pada yang bukan haknya, jangan bosan mendo’akan
pasangan halal kita agar hatinya selalu terjaga, jangan bosan mendo’akan
pasangan halal kita agar tidak tergelencir pada kubangan zina, baik zina hati,
zina mata, zina pikiran maupun zina fisik.
---------
1 Berkata Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitabnya Al-Bidayah wa
An-Nihayah (11/74):
“Pada tahun (278H), telah wafat Abdah
bin Abdurrahim –semoga Allah memburukkannya-, telah disebutkan oleh Ibnul Jauzy
bahwa orang malang ini dulunya termasuk dari seorang lelaki yang sering
berjihad di negeri Romawi, ketika dalam beberapa peperangan dan pada waktu itu
kaum muslim mengepung sebuah daerah dari kekuasan Romawi, lelaki sang mujahid
yang terkena godaan ini memandang kepada seorang wanita dari bangsa Romawi di
benteng tersebut, maka akhirnya lelaki ini menginginkan wanita tersebut, lalu
ia menyurati wanita tersebut; “Bagaimana agar aku bisa sampai kepadamu?”,
wanita ini menjawab: “Kamu masuk ke dalam agama Nashrani lalu kamu naik
menemuiku”, lalu lelaki ini menerima ajakan tersebut”, maka ketika kaum muslim
mengepung malah dia berada bersama wanita tersebut, kejadian itu sangat
menyakitkan dan memberatkan kaum muslim, setelah beberapa waktu berlalu, kaum muslim
melewati benteng tersebut dan si lelaki ini sedang bersama wanita tersebut di
benteng itu, mereka (kaum muslim) bertanya kepada lelaki tersebut: “Wahai
Fulan, Apa yang telah Al-Qur’an lakukan terhadapmu?, apa yang telah dikerjakan
oleh ilmumu terhadapmu? Apa yang telah dikerjakan puasamu terhadapmu? Apa yang
telah dikerjakan oleh jihadmu terhadapmu? Apa yang telah diperbuat shalatmu
terhadapmu?”, lelaki ini menjawab: “Ketahuilah kalian semuanya, sesungguhnya
aku telah lupa Al-Qur’an kecuali Firman-Nya:
Artinya: “Orang-orang yang kafir itu
sering kali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia)
menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan
bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka
akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)”. (QS. Al Hijr: 2-3).
oleh Neng Sri
No comments:
Post a Comment