Source Code

WEB, DESKTOP, MOBILE, Mata Kuliah, Ebook, Artikel, Jurnal Teknologi Informasi, Inspirasi , Motivasi, Literasi, Seputar Islam dan Cerita Lucu

Gambar Koala

Friday, 22 November 2019

Menggenggam Janji #Part-2

cerpen,roman,novel,cerbung,janji,genggam


“Neng …”

“Hhmm.”
        
“Aa, pergi.”

Mata yang sedari tadi sudah berembun memaksanya tuk keluar, tak ingin terlihat air itu jatuh di hadapannya, kualihkan pandangan, sialnya air sudah tak kuat turun … jatuh, lalu … tak kuasa di tahan … deras … berjalan cepat melewati pipi. Buku langsung aku simpan di rak, berdeham, tarik nafas, berdeham lagi. Kuusap pipi yang basah dengan kedua telapak tangan, memalukan sebenarnya ketahuan menangis. Tangan turun memegang rok seragam, meremasnya.

Masih dalam keheningan, aku berdehem lagi menelan saliva, mencoba bersikap biasa, tanpa di duga jari kelingkingnya mengkaitkan ke jari kelingkingku.

Kaget

Tubuhku membeku ini adalah percakapan pertama yang terpanjang dan sentuhan pertama. Jika bertemu dengannya wajahku selalu menghangat tapi sekarang seluruh tubuh menghangat, ada yang menari-nari, menggelitik dalam tubuh, bunga-bunga bermekaran lalu meredup sekaligus,


Jangan tanya bagaimana suara di dada, dag dig dug, kencang melebihi suara bedug,

Gantian dia yang berdeham, kaitan jari dilepas, dia memegang dan mengelus jari kelingkingku.

Deg.

Ya Tuhan, inikah rasanya? Aku pejamkan mata, menikmati sentuhan lembutnya. Bagaimana rasanya? Seperti berada di sebuah taman, di kelilingi jutaan berbagai jenis bunga, semerbak wangi bunganya membuat terlena,  apakah ini namanya jatuh cinta?

Dia menoleh dan berkata, “Udah, jangan nangis, aku pergi dulu.” Sambil tetap mengelus, aku tahu dia mencoba untuk memberikan ketenangan. Aku langsung menoleh, tak rela harus berakhir, menjawab pertanyaannya walau nyaris tak terdengar, “Iya A.”

Sentuhan terlepas, saling melempar senyum, dia melangkah pergi, aku menunduk lesu, terdengar derap langkahnya semakin jauh, kuputar kepala kekanan melihat dia pergi, tanpa di sangka diapun melihat kearahku, tersenyum dengan gaya berjalannya yang tak pernah pupus dalam ingatan. Sekarang aku yakin panah cupid sedang bekerja.

Itu adalah terakhir kali bertemu dengannya di sekolah. Berkunjung ke perpustakaan tetap berjalan, mencoba mencari penawar hati yang merindu, tapi itu malah menambah pilu, lalu kuputuskan hanya berkunjung jika perlu. Tanpa di sadari, di sini … ada hati, sebuah perasaan telah terbangun indah dan berdiri dengan megah.

Dari dulu tak ada pernyataan ‘kita pacaran’ atau ‘kita jadian’ atau ‘kita sepasang kekasih’. Dorongan pergi ke perpustakaan tanpa ada yang menyuruh, saling mencuri pandang jika ada kesempatan, saling melempar senyuman jika berpapasan dan kaitan jari kami itu sudah cukup menandakan  bahwa hati kami saling terpaut.

Dia bukanlah lelaki yang banyak bicara, cenderung pendiam, mengungkapkan hanya seperlunya. Aku tahu karakternya, setelah mendapatkan  dua kali selembar kertas, yang pertama ketika ucapan selamat ulang tahun, tak ada puisi ataupun rayuan hanya ucapan ‘Selamat ulang tahun yang ke 16, semoga panjang umur, sehat selalu dan sukses’, dengan sekuntum bunga yang aku tahu diambil di depan perpustakaan, diselipkan diam-diam pada buku yang sedang aku baca.

Dan yang kedua selembar kertas yang ditempelkan di mading sekolah dengan tulisan ‘Kenapa tidak datang, jangan ngambek, kami ngerjain tugas kelompok, aku dan dia hanya teman,’ di bawahnya terdapat huruf kecil dengan tulisan ‘Aa’. Tulisan itu ditempel setelah seminggu sebelumnya aku mendapati dia sedang asyik berbincang dengan teman wanitanya di perpustakaan. Aku mogok ke perpustakaan kala itu, selama seminggu tak berkunjung. Kertas itu langsung mendapat banyak perhatian dan besoknya kertas itu sudah berpindah tangan kepadaku.

Kedua kertas tersebut aku jaga, tersimpan rapi pada sebuah buku bersampul biru. Jika teringat dia, aku buka buku tersebut, diusap dan dibaca puluhan kali berharap rindu terobati, bukannya sembuh melainkan rindu itu semakin menusuk tajam, setelahnya selalu diakhiri dengan isakan, ternyata memendam rindu juga bisa sesakit ini.


oleh Neng sri


No comments:

Post a Comment