AL-QURA’AN menjelaskan
terbelahnya lautan yang dipecahkan oleh cambukan tongkat Nabi Musa as,
merupakan mu'jizat yang luar biasa. Peristiwa spektakuler ini bersifat
irasional, yang tidak mampu dianalisa secara ilmiah, meskipun dengan
mengerahkan segala keunggulan sains dan teknologi, serta tidak akan bisa
dipecahkan oleh otak manusia manapun. Tetapi keimanan kepada Allah –lah yang
bisa menjawabnya.
Terbelahnya lautan itu
digambarkan oleh Al-Qur;an bagaikan gunung yang terbelah menjadi dua, yang
ditengahnya terdapat jalan lurus sebagai tempat penyeberangan untuk
menyelamatkan diri dari kejaran Fir’aun dan tentaranya.
Tamsil diatas terdapat dalam
surat asy-Syu’ara :
“Maka terbelahnya lautan itu dan
tiap-tiap belahan bagaikan gunung yang besar.”
(QS. Asy-Syu’ara ;61)
Dari ayat di atas tak mungkin
manusia mampu membayangkan hebatnya kekuasaan Allah. Segala yang ada di planet
ini semuanya tunduk kepada perintah-Nya. Peristiwa terbelahnya lautan menunjukkan kemahakuasaaan
Allah atas segalanya. Ia bebas bertindak menurut yang Ia kehendaki tanpa ada
satupun yang bisa menghalangi-Nya.
Adapun kisah terbelahnya lautan
adalah sebagai berikut :
Waktu itu Nabi Musa as yang
dikejar oleh Fir’aun, sedangkan yang menyertai Nabi Musa ada 70.000 orang dari
bani Israil. Jumlah pasukan Fir’aun yang melakukan pengejaran terhadap Nabi
Musa lebih kurang dua kali lipat dari jumlah pengikut Nabi Musa.
Tatkala kaum Nabi Musa yang sudah
terdesak di tepi lautan oleh Fir’aun dan pasukannya yang terus mengejar, mereka
ketakutan lalu melaporkan kepada Nabi Musa : “Wahai Nabi Musa, sesungguhnya
tentara Fir’aun telah berhasil menemukan kita.” Nabi Musa berkata : “Janganlah
kalian takut, sesungguhnya Tuhanmu bersama kita, dan Dia akan menunjukkan jalan
kepada kita”
Kemudian Allah memberikan wahyu
kepada Nabi Musa, agar beliau memukulkan tongkatnya ke laut. Setelah tongkatnya
dipukulkan ke laut, maka langsung laut itu terbelah menjadi dua bagian. Pada
setiap bagian, besar dan tingginya bagaikan gunung yang berdampingan. Pada
celahnya terdapat jalan, sebagai tempat penyeberangan. Lalu Nabi Musa bersama
pasukannya melewati jalan di tengah laut yang telah “dibuat”nya itu.
Setelah Nabi Musa dan kaumnya
sampai di seberang lautan, Allah memerintah kepada laut agar menenggelamkan
Fir’aun dan tentaranya dengan kembali dalam bentuk semula, sehingga mereka
tenggelam semuanya.
Diriwayatkan, ketika Fir’aun
merasakan siksa itu, ia berusaha menyelamatkan diri, akan tetapi malaikat Jibril
kemudian mengambil segenggam tanah padat untuk disumbatkan pada mulut Fir’aun,
sehingga Fir’aun meminta pertolongan kepada Jibril sampai 70 kali. Oleh karena
itu, Allah SWT menegur kepada Jibril : “wahai Jibril, Firu’aun telah meminta
pertolonganmu sampai 70 kali, tetapi kamu tetap tidak mau menolongnya. Demi
keangungan-Ku dan kebesaran-Ku, Jika Fir’aun meminta pertolongan kepada-Ku
sekali saja, Aku pasti menolongnya dan menyelamatkan dirinya dari tenggelam ke
dasar laut.
Ada sebuah sya’ir yang sebagian
baitnya antara lain:
“ Tempat kembali adalah kepada
Allah, Dzat Yang banyak memberikan ampunan”
Pecahnya lautan yang ditamsilkan
oleh Al-Qur;an bagaikan gunung yang besar adalah sebagai hujjah kemahakuasaan
Allah. Disamping itu, ayat tersebut merupakan bukti yang monumental tentang
terjadinya peristiwa alam yang spektakuler dalam sejarah manusia.
Semuanya ini ditujukan oleh
Allah, agar manusia mau berfikir dan merenungkan tentang superioritas Allah,
yang mampu mengendalikan segala sesuatu menurut
yang Dia kehendaki.
Referensi :
Tamsil Al-Qur’an , Fuad Kauma
Alhamdulillah..pencerahan pak
ReplyDelete