Kiamat
terjadi bila manusia mati. Kehancuran bumi terjadi bila sudah tiba waktu
Kiamat. Terjadinya berarti akhir kehidupan manusia; berarti kematian alam
semesta dan berantakannya hukum-hukum alam yang berlaku di dunia, padamnya
bintang-bintang, dan segala sesuatu yang bergerak menuju kefanaan. Allah telah
berfirman :
“(Yaitu) pada hari
Kami gulung langit bagai menggulung lembaran-lembaran kertas .Sebagaimana Kami
telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulangnya. Itulah
suatu janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang akan
melaksanakannya.”
(QS 21:104).
Terjadinya
Kiamat adalah sesuatu gaib. Hanya Allah saja yang mengetahuinya.Rasulullah saw
pernah bertanya tentang soal ini.Lalu, turunlah ayat berikut ini :
“Mereka menanyakan
kepadamu tentang Kiamat, “Bilakah terjadinya ? “ Katakanlah,”Sesungguhnya
pengetahuan tentang Kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku. Tidak seorang pun yang
dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu tidak akan datang
kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu
benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, “ Sesungguhnya pengetahuan tentang
Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS 7:187).
Terjadinya
Kiamat berarti terjadinya perhitungan amalan. Ini berarti perbedaan antara
orang-orang Mukmin dan orang-orang kafir; pengembalian segala macam kezaliman
kepada orang-orang yang berbuat zalim; perbedaan antara orang-orang bertakwa
dengan orang-orang durjana, sebelum dan sesudahnya. Ini berarti pembersihan
semua mahluk dari segala macam kesia-siaan dan kebatilan. Segala sesuatu
bergerak menuju Penciptanya. Semua mahluk akan kembali kepada Tuhan dan
Rajanya. Tentang masalah ini Allah berfirman :
“Kami tidak menciptakan langit, bumi, dan apa
yang ada di antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan
orang-orang kafir. Karena itu, celakalah orang-orang kafir itu; mereka akan
masuk neraka.” (QS 38:27).
Terjadinya
Kiamat dibarengi dengan perhitungan amal. Allah akan memperhitungkan amal
manusia seluruhnya. Perhitungan yang dilakukan Allah tidak meninggalkan amal
sekecil dan sebesar biji sawi sekalipun. Ada kaidah pokok yang menjadi
ketentuan dalam memperhitungkan amal dan memberitahukan kepada Anda secara
rinci. Firman Allah menyebutkan bahwa Dia selalu bersama dengan manusia dan
akan memberitahukan apa yang telah dilakukannya :
“Tiada pembicaraan
rahasia antara tiga orang, melainkan Dia yang keempatnya. Tiada pembicaraan
rahasia lima orang, melainkan Dia yang keenamnya. Tiada pula pembicaraan antara
jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia bersama mereka
dimanapun mereka berada. Kemudian, Dia akan memberitahukan kepada mereka pada
Hari Kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.”
(QS 58: 7).
Dari
kaidah pokok ini muncul berbagai kaidah yang memberikan rincian. Di Hari Kiamat
kelak, kita akan melihat bahwa manusia tunduk pada pengawasan yang menakutkan
tanpa dirasakannya kita juga akan melihat bahwa keingkaran orang-orang kafir
tidak akan menguntungkan diri mereka.
Bumi,
lembaran-lembaran, buku-buku catatan mereka, lidah, tangan, kaki, dan telinga
mereka menjadi saksi atas diri mereka. Bahkan, pendengaran, pandangan, dan
kulit mereka semua memberikan kesaksian. Lalu bagaimana bumi ini akan
memberikan kesaksian atas manusia ?
Rasulullah
saw, membacakan firman Allah berikut ini :
“ Apabila bumi
diguncang dengan guncangannya (yang dahsyat) dan bumi telah mengeluarkan
beban-beban berat (yang dikandung)-nya. Lalu, manusia bertanya ,”Mengapa bumi
ini jadi begini?” Pada hari itu, bumi menceritakan beritanya.” (QS 99:1-4).
Lalu,
bagaimana lidah, tangan, dan kaki memberikan kesaksian? Perhatikan firman Allah
berikut ini :
“Pada hari ketika
lidah, dan kaki mereka menjadi saksi atas apa yang dahulu mereka kerjakan. Pada
hari itu, Allah akan memberikan balasan kepada mereka yang setimpal menurut
semestinya, dan tahulah mereka bawa, Allahlah Yang Maha benar lagi Menjelaskan
( segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya)” (QS 24: 24-25).
Pendengaran,
penglihatan, dan kulit, juga memberikan kesaksian sama seperti halnya lidah,
tangan, dan kaki. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
“(Ingatlah) hari (ketika)
musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan (semuanya),
sehingga apabila mereka dikumpulkan (semuanya), sehingga apabila mereka sampai
ke neraka, pendengaran; penglihatan; dan kulit mereka menjadi saksi atas mereka
tentang apa yang telah mereka kerjakan. Mereka berkata kepada kulit mereka,
“Mengapa kalian menjadi saksi atas kami ?” Kulit mereka menjawab, “Allah yang
menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai pula
berkata. Dialah yang menciptakan kalian pertama kali dan hanya kepada-Nyalah kalian
dikembalikan.”Kalian sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian
pendengaran, penglihatan, dan kulit kalian atas diri kalian; kalian mengira
bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kalian kerjakan. Yang
demikian itu adalah prasangka yang telah kalian sangka kepada Tuhan kalian. Dia
telah membinasakan kalian. Jadilah kalian termasuk orang-orang yang merugi.” (QS
41: 19-23)
Jika jumlah saksi di hari itu sedimikian
banyaknya, berarti betapa telitinya perhitungan amal di Hari Kiamat. Tentang
hal itu, Allah menunjukkannya dalam firman-Nya :
“ Kami akan
memasang timbangan yang tepat pada Hari Kiamat, karena itu, tiadalah dirugikan
seorang pun. Jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkan
(pahala)-nya. Cukuplah Kami menjadi orang-orang yang membuat perhitungan.” (QS 21:47).
Mari
kita telaah dan renungkan sejenak firman Allah berikut ini :
“Cukuplah kami
menjadi orang-orang yang membuat perhitungan.” (QS 21:47)
Dengan
kata lain, sesudah diberikan jaminan ini, manusia akan menuntut jaminan
keadilan; kesempurnaan; dan ketelitian dalam perhitungan amal atau menuntut
jaminan keadilan dan rahmat. Sesudah keadilan dan rahmat Allah, tidak ada lagi
keadilan dan rahmat yang lain. Allah berfirman :
“Cukuplah Kami menjadi orang-orang yang membuat
perhitungan.” (QS 21:47).
Imam
‘Ali bin Abi Thalib pernah bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, bagaimana Allah
akan memperhitungkan amal selururh manusia dalam satu waktu?” Belia menjawab,
“Allah memperhitungkannya seperti Dia memberikan rezeki kepada mereka dalam
satu waktu.”
Sumber : Mengenal
Allah – Ahmad Bahjat
semoga kita termasuk golongan orang yang dimuliakan.
ReplyDeleteAmin....
ReplyDelete