1.1 Model pendekatan kualitas
Beberapa model pendekatan kualitas
pada umumnya secara definisi dapat dikelompokkan menjadi:
·
Pendekatan kualitas dengan pendekatan
transendensi
Pendekatan
ini dikenal dan merupakan sinomim untuk sebuah konsistensi standar tinggi untuk
funsionalitas dari satu produk. Dalam kontek ini maka kualitas tidak dapat
diukur dan didifnisikan secara tepat. Selai itu ada satu postulat yang
mengatakan bahwa kualitas tidak dapat dievaluasi hanya berdasarkan pada
pengalaman saja. Konsep kualitas tidak dapat didi_nisikan dengan implikasi,
hanya sebagai konsep \keindahan" yang tidak dapat dide_nisikan dari
implikasi.
·
Pendekatan yang berhubungan dengan
produksi
Pada
pendekatan ini maka kualitas dapat diukur dengan presisi. Pada pendekatan ini
maka dapat dimungkinkan membuat rangking dari produk berbeda dari katagori yang
sama
·
Pendekatan yang berhubungan dengan
pemakai
Pada
pendekatan ini maka kulaitas lebih ditentukan oleh pemakai produk dibandingkan
daripada produk itu sendiri. Menurut pendekatan ini maka produk yang memiliki
kualitas baik adalah produk yang dapat memuaskan keinginan pemakai secara baik.
·
Pendekatan proses
Pendekatan
ini berhubungan dengan reanilitas untuk melaksanakan spesikasi yang telah ditetapkan
dan menjaga kondisi ideal dati fabrikasi. Pendekatan ini banyak digunakan pada
model industri yang ada pada saat in. Pengecekan kualitas secara presisis
ditujukan untuk mereduksi biaya kesalahan dan revisi.
·
Pendekatan rasio hubungan harga/kemampuan
pemakaian (Leistungfahigkeit)
Pada
pendekatan ini melibatkan hubungan antara harga dab kualitas. Pada konteks ini,
maka kualitas dari satu produk adalah produk yang dirancang untuk pemakaian
tertentu dengan harga yang dapat terjangkau oleh pemakai atau sebagai konfirmasi
antara spesikasi dan biaya.
1.2 Kriteria Kualitas Perangkat Lunak
Kualitas Perangkat Lunak adalah
tingkat kemampuan perangkat lunak memproses atribut dari kombinasi yang
diinginkan. Atribut masing masing dide_nisikan lebih lanjut. Faktor penentu
kualitas adalah sebagai berikut:
·
Efiesiensi pemanfaatan sumber daya
komputasi yang ada
Kemampuan
atribut yang berhubungan dengan tingkat performance dari Sumber Daya yang
digunakan dalam kondisi tertentu.
·
Efisiensi Waktu
Kemampuan
perangkat lunak untuk memproses satu perintah fungsi tertentu atau melaksanakan
fungsi tertentu pada rentang waktu tertentu Efisiensi Sumber Daya Kemampuan perangkat
lunak untuk melakukan fungsi tertentu pada kondis tertentu atau hasil kondisi
tertentu terhadap penggunaan sejumlah sumber daya.
·
Fungsionalitas
Atribut
yang menggambarkan keberadaan tertentu dari properti properti dan fungsi fungsi
tertentu yang memberikan kondisi kepuasan atau keinginan pemakai.
·
Kelengkapan
Tingkat
kualitas dimana perangkat lunak memproses fungsi yang diperlukan untuk memenuhi
keinginan pemakai
- Kebenaran, Tingkat dimana semua fungsi memiliki spesifikasi sendiri
- Sekuriti, Tingkat kualitas dimana perangkat lunak dapat menditeksi dan mencegah kelemahan, kehilangan ilegal informasi dan kerusakan data sumber daya.
- Kompatibilitas, Tingkat kualitas dimana perangkat lunak baru dapat diinstal tanpa perubahan kondisi dan lingkungan kerja dengan tersedianya kemungkinan peyiapan dan penggantian perangkat lunak.
- Interopalibitas, Tingkat kualitas dimana perangkat lunak dapat berkomunikasi dengan mudah dengan sistem lain dan diporeasikan dengan mudah.
- Pemeliharaan, Satu atribut yang menggambarkan kemampuan yang diperlukan untuk modifikasi khusus.
·
Perbaikan
Tingkat
kualitas yang berhubungan dengan kemampuan untuk membenahi kesalahan
atau error dan pembenahan dapat ditangani seuasi dengan keingginan pemakai.
- Pengembangan atau Kemampuan untuk Ekspansi,Tingkat kualitas dari usaha yang diperlukan untuk meningkatkan atau memodifikasi dari efisiensi kerja atau fungsi fungsi perangkat lunak
- Pengujian Tingkat kualita pengujian perangkat lunak seperti yang diperlukan untuk melakukan pengetesan perangkat lunak
·
Portabilitas
Atribut
kualitas yang berhubungan dengan kemampuan perangkat lunak untuk ditransfer
dari envirinmet tertentu ke envirinmen yang lain
·
Ketergantungan pada perangkat keras
Tingkat
kualitas yang menunjukan ketergantungan perangkat lunak pada perangkat keras
tertentu. Seharusnya perangkat lunak tidak tergantung dari perangkat keras
- Ketidaktergantungan pada perangkat lunak bantuan, Tingkat kualitas perangkat lunak akan driver pada spesi_k perangkat lunak tertentu
- Kemampuan Instalasi, Tingkat usaha untuk mengatur perangkat lunak untuk mencapai kondisi tertentu, pada tingkat mana perangkat lunak dapat digunakan kembali pada aplikasi yang lain daripada hanya untuk satu aplikasi original.
·
Reliabilitas
Atribut
yang menggambarkan kemampuan perangkat lunak untuk mempertahankan tingkat
performance level nya pada kondisi tertentu dan rentang waktu tertentu
- Ketiadaan defisiensi, Tingkat kualitas dimana perangkat lunak tidak terdapat atau ditemukan error atau kesalahan yang tak terditeksi.
- Tolerasi Kesalahan atau Error, Tingkat kualitas yang menggambarkan batasan toleransi dimana perangkat lunak akan terus berfungsi tanpa adalanya kesalahan yang menyebabkan kerusakan langsung dan tidak langsung pada data pemakai
Dalam konteks ini termasauk di dalamnya adalah tingkat kemampuan beroperasinya fungsi yang ada untuk recovery dan beroperasi kembali
Ketersediaan
Tingkat kualitas yang
menggambarkan kemampuan perangkat lunak akan masih tetap beroperasi pada saat
adanya kesalahan system
·
Usabilitas
Atribut
yang menggambarkan usaha untuk menggunakan (termasuk persiapan penggunaan dan
evaluasi hasil) dan menggambarkan tugas dari kegunaan fungsi dari pemakai
·
Kepahaman
Jumlah
pemakai yang memerlukan usaha ekstra untuk bisa mengerti dan memahami perangkat
lunak
- Kemudahan untuk belajar, Tingkat kualitas yang menggambarkan usaha yang diperlukan oleh pemakai untuk mengerti perangkat lunak. Kondisi ideal adalah usaha yang dilakukan seminimal mungkin.
- Operabilitas, Tingkat kualitas yang menggambarkan kesesuaian perangkat lunak pada tujuan dan sasaran pemakaian serta menggambarkan karakteristik psikologis pemakai termasuk didalamnya faktor ergonomis seperti warna, ukuran, suara dan lain sebagainya.
- Kemampuan berkomunikasi, Tingkat kualitas yang menggambarkan bahwa perangkat lunak dirancang sesuai dengan karakteristik psikologis dari pemakai.
Pengukuran Kinerja
Untuk memahami dan mengintepretasikan
pengujian kinerja tersebut berikut ini dijabarkan beberapa dasar teoritis yang
melatar-belakangi suatu pengukuran kinerja sistem komputer.
Kinerja pada suatu sistem komputer
dide_nisikan dengan :
“is the degree to which a computing system meets
the expectation of the person involved with it “ (Doherty,
W.J.(1970), Schedulling TSS/360 for Responsiveness, AFIPS Proc. FJCC, 1970, pp.
97-111)
- Ketiadaan defisiensi ,Tingkat kualitas dimana perangkat lunak tidak terdapat atau ditemukan error atau kesalahan yang tak terditeksi.
- Tolerasi Kesalahan atau Error, Tingkat kualitas yang menggambarkan batasan toleransi dimana perangkat lunak akan terus berfungsi tanpa adalanya kesalahan yang menyebabkan kerusakan langsung dan tidak langsung pada data pemakai.
Dalam konteks ini
termasauk di dalamnya adalah tingkat kemampuan beroperasinya fungsi yang ada
untuk recovery dan beroperasi kembali Definisi kinerja sistem komputer
berdasarkan aspek perekayasaan perangkat lunak (Software Engineering):
“is
the e_ectiveness with which the resource of the host computer system are
utilized toward meeting the objective of the software system” (Graham, R, M. (1973). Performance
prediction, Advances Courses on Software Engineering, Springer Verlag, 1974,
pp.395-463.)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kinerja suatu sistem komputer adalah : “seberapa baik suatu sistem memungkinkan
pengguna melakukan yang diinginkannya".
Dan dapat diinterpretasikan pula “seberapa
baik sistem bekerja sesuai dengan yang direncanakan ".
Pengukuran kinerja sistem dibutuhkan
untuk beberapa evaluasi :
- Comparative Evaluation . Kinerja suatu sistem dievaluasi relatif kepada sistem lainnya. Kegunaan dari evaluasi ini misal untuk proses pembelian perangkat lunak baru, atau pernagkat keras baru, memilih service komputasi, dan juga mengevaluasi perubahan sistem untuk modifikasi.
- Analytic Evaluation . Kinerja dari sistem komputer dievaluasi berdasarkan beberapa paremter sistem. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk meningkatkan kinerja sistem (performance tuning), melakukan perawatan sistem (performance control), dan mendisain serta mengimplementasi sistem baru.
Kinerja suatu sistem sendiri dapat
mengalami degradasi karena beberapa hal, misal :
- Kecepatan atau kapasitas dari beberapa komponen sistem menyebabkan komponen sistem lainnya tak dapat bekerja dengan kecepatan maksimum.
- Interferensi yang disebabkan oleh permintaan secara simultan dari 2 atau lebih dari komponen tertentu untuk saling berkomunikasi ketika permintaan tersebut dapat diproses secara sekuensial.
- Karaktersitik dari beban kerja (workload) sistem.
Pengukuran
kinerja hanya dapat dispesifikasikan
kepada jenis dan tujuan dari system yang dievaluasi, workload, dan fungsi dari
evaluasi itu. Pengukuran kinerja ini harus terde_nisi dengan baik dan jelas,
karena merupakan “framework"
bagi seluruh proses evaluasi. Serta dapat melakukan reproduksi hasil atau perulangan pengukuran dengan tepat. Seperti
diketahui kinerja dari suatu sistem computer adalah fungsi dari :
- Konfigurasi sistem
- Kebijakan pengelolaan sumber daya (Resource management policies)
- Efisiensi program dari sistem yang digunakan
Ketiadaan defisiensi,
Tingkat kualitas dimana perangkat lunak tidak terdapat atau ditemukan error atau kesalahan yang tak terditeksi.
- Tolerasi Kesalahan atau Error, Tingkat kualitas yang menggambarkan batasan toleransi dimana perangkat lunak akan terus berfungsi tanpa adalanya kesalahan yang menyebabkan kerusakan langsung dan tidak langsung pada data pemakai.
- Dalam konteks ini termasauk di dalamnya adalah tingkat kemampuan beroperasinya fungsi yang ada untuk recovery dan beroperasi kembali
- Efiektifitas instruction set dari processor yang digunakan
- Kecepatan perangkat keras
- Untuk sistem yang terhubung dengan jaringan kinerja subsistem jaringan juga Termasuk
- Efectiveness dari sistem ketika menangani aplikaisi tertentu. Hal inilah yang terlihat oleh pengguna sistem. Untuk tujuan ini digunakan pengukuran dengan pendekatan stimulus (Stimulus approach). Pada pendekatan ini sistem dianggap suatu kotak hitam (black box) yang memiliki fungsi tertentu yang diketahui. Pengukuran dilakukan dengan mengobeservasi sistem berdasarkan suatu benchmark atau suatu simulator. Metoda ini memang cepat tapi kurang detail memberi gambaran akan kinerja sistem.
- Internal efeciency , yaitu melakukan pengamatan terhadap mekaniisme sistem mengatur sumber daya yang dimilikinya untuk menangani beban kerja. Untuk tujuan ini dilakukan pengukuran dengan pendekatan analitis (Analytic approach ). Pengukuran ini berusaha mengukur perilaku internal dari sistem. Dengan tujuan untuk menguji apakah sistem bekerja dengan benar, mengisolasi kemungkinan kesalahan, serta memahami sistem dan lingkungan kerjanya.
Pada dasarnya pada kedua pendekatan di
atas memiliki paramter yang berbeda untuk menjabarkan kinerja sistem.
Pengukuran yang dilakukan oleh Mindcraft pada dasarnya adalah pengujian “efektifitas"
sistem maka berikut ini akan dijabarkan parameter yang biasanya digunakan pada
suatu pengukuran sistem dengan pendekatan tersebut (Wiryana, 1998) :
- Throughput. Jumlah kerja yang diselesaikan untuk satu satuan waktu pada beban kerja yang diberikan.
- Relative throughput . Waktu yang dibutuhkan untuk memproses beban kerja pada sistem 1 relatif ke waktu yang dibutuhkan pada sistem 2 untuk beban yang sama.
- Kapabilitas (Kapasitas) . Jumlah kerja maksimal yang dapat ditangani pada satu satuan waktu untuk beban kerja yang diberikan.
- Turnaround time . Waktu antara suatu pekerjaan diberikan pada suatu sistem dan hasil yang diterima
- Response time . Waktu untuk suatu transaksi pada sistem interaktif atau sistem sesungguhnya.
- Availibilitas , prosentase sistem dapat tersedia dan bekerja melayani pengguna
2.1
Workload
Untuk menguji kinerja sistem komputer
biasanya digunakan suatu \workload buatan". Workload sesungguhnya biasanya
tidak dapat direproduksi. Tetapi bila sifat statistik dari workload sistem
tidak berubah maka secara statistik dapat diakatakan workload dapat
direproduksi. Sehingga dengan asumsi workload ini memungkinkan untuk :
- Menentukan kareketeristik workload dengan distribusi dari permintaan yang dilakukan pada reosurce sistem.
- Mendefinisikan suatu satuan \kerja" dan menyatakan beban kerja dengan “satuan kerja dasar" ini.
- Representativeness. Apakah suatu model beban kerja dapat mewakiliki kondisi sesungguhnya.
- Fleksibilitas. Apakah beban kerja tersebut dapat diubah.-ubah dengan mudah atau hanya memiliki satu model yang tetap.
- Kesederhanaan penyusunan.
- Compactness. Apakah model beban kerja tersebut merupakan satu kesatuan sistem pengukuran atau menggunakan berbagai sistem.
- Biaya untuk menggunakan model tersebut.
- Ketergantungan platform. Apakah model tersebut dapat diterapkan pada platform yang berbeda atau hanya berlaku untuk satu jenis platform
- Reprodusibilitas. Apakah model beban kerja tersebut dapat diulang untuk melakukan pengukuran yang sejenis. Ini bertujuan untuk dapat melakukan validasi terhadap pengukuran kinerja.
- Kompatibilitas. Tidak saja terhadap sistem perangkat keras tetapi juga terhadap perangkat lunak yang digunakannya.
Kinerja suatu sistem komputer adalah suatu reaksi untuk suatu workload (beban kerja) yang spesifik. Sehingga untuk mengevaluasi kinerja suatu sistem komputer workload yang tepat haruslah dipilih. Karakter workload haruslah mampu mendemonstrasikan faktor-faktor yang penting. Workload ini bekerja sebagai suatu model bagi sistem sesungguhnya. Fungsi dari penggunaan model workload :
- Menyediakan suatu representasi dari workload untuk kebutuhan evaluasi kinerja sebagai perbandigan pada sistem yang berbeda.
- Menyediakan suatu lingkungan terkendali yang dapat mereproduksi hasik perccobaan pengkuran kinerja untuk tujuan studi optimasi
- Mengurangi kuantitas data yang harus dianalisis.
- Memberikan workload pada sistem pada bentuk yang dibutuhan oleh model sistem.
Pengujian
usabilitas
3.1
Usabilitas
Pada bahasan User Interface yang lebih
diutamakan adalah usability (usabilitas) sistem. Usabilitas dari suatu sistem
ditentukan dari bagaimana kemudahan user mememenuhi tugasnya. Definisi
usability menurut Shackel(1993) adalah :
The
capability of human functional terms to be used easily and e_ectively by the
speci_ed range of users, given specific training and user support, to ful_l the
specified range of tasks, within the specified range of environment scenario
Memang definisi tersebut masih kental
dari sudut pandang anthropometric ataupun biomekanis Artinya kenyamanan fisik
lebih dititik beratkan sehingga Chapanis (1993) mendefinisikan usability lebih
jauh sebagai :
The
usability of computer is measured by how easily and e_ectively the computer can
be used by a specific set of users, given particular kinds of supports, to carry
out
Dari kedua definisi tersebut jelas
suatu pengukuran usabilitas tidak dilakukan ketika user baru memakai sistem.
Tetapi dilakukan setelah user melalui masa pelatihan dan mendapat dukungan yang
cukup (manual dan sebagainya) Pada sudut pandangan teknologi informasi
usability dapat diformulasikan sebagai berikut (Sweeney et al., 1993).
Usability
is emergent quality of an optimum design which is reected it the efective and
satisfying use of the IT
Berdasarkan kriteria tersebut
usability dapat diukur dengan mempertimbangkan beberapa hal :
· Optimum . Terkait dengan analisis
cost-benefit, dan kompromi.
Efektif . Berkaitan dengan e_siensi dan produk_tias
penggunaan, di antaranya kecepatan, diselesaikannya tugas, betul tidaknya tugas
diselesaikan, yang dicapai oleh interaksi pengguna dengan sistem. Hal ini
sangat kontekstual sifatnya
·
Kepuasan .
Ini
berkaitan dengan emosi kepuasan pengguna terhadap produk yang dipakai.
Pengukuran tidak hanya berlangsung pada awal penggunaan tetapi setelah melalui pelatihan
dan penggunaan pada waktu tertentu.
Pengujian usabilitas
·
User,
task and environment . Karakteristik ini harus juga dipertimbangkan.
Biaya
. Hal ini berkaitan dengan investasi yang harus dilakukan pengguna untuk
mencapai usabilitas pada level yang diingainkan, termasuk biaya fisik, dan non fisik.Usability dapat dipandang dari tiga
faktor utama :
- Learnability , yaitu kemudahan pengguna baru untuk mulai secara efektif berinteraksi dan mencapai kinerja yang optimal.
- Fleksibilty , yaitu beragam cara yang disediakan oleh sistem untuk memungkinkan user dan sistem bertukar informasi. Sehingga eksibilitas ini harus menjamin bahwa si user tidak hanya terpaku pada satu pola dialog .
- Robustness , tingkatan berbagai dukungan yang disediakan bagi user untuk menentukan tercapainya tujuan. Artinya bila suatu cara gagal maka masih ada cara lain untuk mencapai tujuan tersebut.
Satu persatu akan dibahas prinsip
dasar dari penilaian suatu user interface. Pertama adalah prinsip 'learnability
' yang sering disalah artikan sebagai user friendly . Learnability sendiri
mempertimbangkan bagaimana suatu user interface memungkinkan pengguna baru
pertama kali menggunakan sistem tersebut dapat segera menggunakan sistem
tersebut. Prinsip ini sendiri memiliki prinsip-prinsip :
- Predictability. User dapat menentukan akibat kemudian atas aksi yang dilakukan berdasarkan interaksi yang pernah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan sejarah apa yang dilakukan user dapat memperkirakan apa yang akan terjadi selanjutnya ketika suatu aksi dilakukan. Hal ini terkait dengan kemampuan pengguna menentukan efek dari operasi pada sistem. Prinsip ini terkait dengan Operation Visibility yaitu kemampuan pengguna untuk mengetahui operasi yang dapat dilakukan
- Synthesizability . Memungkinkan user memperkirakan langkah yang sebelumnya dilakukan berdasarkan kondisi saat ini. Ini berarti user telah membentu suatu mental model bagaimana sistem bekerja. Prinsip ini berkaitan dengan Immediate/Eventual honesty
- Familiarity . Berdasarkan pemahaman user atas pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya baik pada dunia nyata maupun pada komputer dapat dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan sistem yang baru. Yang perlu diperhatikan adalah, setiap kultur memiliki representasi simbol yang berbeda, sehingga sistem yang memiliki 'keluwesan' tinggi untuk membentuk metaphora akan menjamin terbentuknya familiarity ini. Terkait dengan guessability yaitu kemampuan pengguna menebak fungsi suatu obyek, dan Affordance , yaitu kemampuan pengguna memperkirakan operasi yang dapat dilakukan oleh obyek tersebut.
- Generalizability . Sistem memungkinkan pengguna mempraktekan pengetahuan umumnya untuk interaksi khusus berdasarkan aplikasi yang berbeda ketika berada pada situasi yang serupa.
- Consistency . Kemiripan perilaku pada situasi serupa pada obyek task yang serupa.
Sedangkan faktor exibility terdiri dari
- Dialogue initiative . Memberikan kebebasan pada user akan terbatasnya dialog masukan yang disediakan oleh sistem. Sehingga user dapat memilih untuk melakukan operasi apakah dengan dialog dengan metaphora click atau dengan menggunakan command line. Berkaitan dengan prinsip System/User pre-emptiveness , artinya apakah user dapat memulai interaksi atau hanya menunggu awal interaksi dilakukan oleh sistem. Secara umum biasanya diinginkan bahwa pengguna lebih menentukan saat dimulainya interaksi.
- Multi-threading . Kemampuan sistem untuk mendukung interaksi pengguna melakukan task lebih dari satu pada saat yang sama. Sehingga sistem tidak diam setelah user memberikan perintah. Berkaitan dengan prinsip Concurrent vs interleaving , concurent memungkinkan komunikasi simultan untuk task yang berbeda, sedangkan interleaving memungkinkan pelaksanaan task yang berbeda dan pada saat tertentu dapat dilakukan bersamaan, multimodality berkaitan dengan jumlah kanal untuk melakukan interaksi lebih dari satu.
- Task migrability . Kemampuan memberikan kendali untuk mengeksekusi tugas tertentu sehingga menjadi pertukaran kendali antara user dan system dapat berlangsung dengan baik. Pengguna dengan mudah menghentikan suatu proses, meneruskan kembali proses tersebut, mengatur proses berjalan di background atau di depan, tanpa harus menunggu sistem menyelesaikan tugasnya
- Substitutively . Memungkinkan pemberian nilai masukan yang ekuivalen. Misal entah menggunakan pemilihan list _le, atau memasukkan nama _le. Begitu juga sebaliknya. Sehingga di sinilah berperannya penilaian atas kemampuan user interface menangani regular expression . Berkaitan dengan prinsip Representation multiplicatiy, equal opportunity
- Customizability , kemudahan user interface dimodi_kasi oleh pengguna atau oleh sistem. Sehingga user tidak terbatas dengan menggunakan metaphora, ataupun mekanisme tunggal. Sistem harus secara eksibel dapat dengan mudah dikustomisasi. Prinsip ini berkaitan dengan prinsip adaptitivy adalah proses pengubahan yang initiatif dilakukan oleh pengguna dan adaptability adalah proses pengubahan yang intiiatif dilakukan oleh sistem.
Sedangkan aspek robustness terdiri dari prinsip :
- Observability . Kemungkinan pengguna mengevaluasi kondisi internal system dari representasi yang diterima saat ini. Sehingga user tidak 'buta' apa yang terjadi pada sistem. Hal ini berkaitan dengan prinsip Browsability yaitu kemampuan pengguna mengeksplorasi kondisi internal dari sistem berdasarkan interpretasi di user interface, static/dynamic defaults pengisian nilai default ini akan menolong user untuk memberikan masukan, reachability berkaitan dengan kemungkinan bernavigasi diantara keadaan sistem yang dapat diobservasi, persistence tenggang waktu pengaruh dari suatu aksi komunikasi yang dilakukan oleh user, operation visibility yaitu kemungkian pengguna mengetahui operasi yang sedang dilakukan oleh sistem.
- Recoverability , kemampuan pengguna uktuk memperbaiki aksi yang dilakukan ketika diketahui terjadi suatu kesalahan. Terkait dengan prinsip reachability , forward/backward recovery , proses perbaikan kesalahan ini dapat dilakukan inisiatif oleh user ataupun sistem baik pada arah maju ataupun mundur, commensurate e_ort , jika sangat sulit untuk melakukan 'undo' pada suatu pengaruh pada suatu state maka akan sulit pula melakukan aksi tersebut. Sebaliknya bila mudah melakukan 'undo' maka harus mudah pula mengulanginya (redo).
Responsiveness ,
bagaimana user menerima laju komunikasi dengan sistem. Sehingga ketika user
berinteraksi tidak terlalu lama menunggu. Terkait dengan prinsip stability yang
berkaitan dengan variasi tengang waktu system bereaksi haruslah sekecil mungkin
- Task conformance . Suatu sistem interaktif memiliki tujuan agar pengguna dapat melakukan tugasnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan pada suatu domain. Sehingga perlu dipertimbankan apakah sistem mendukung penyelesaian tugas pada domain tersebut, atau apakah sistem mendukung hal tersebut sesuai dengan yang diinginkan oleh pengguna. Task completeness berkaitan tentang cakupan permasalahan tugas dan task adequacy berkaitan dengan pemahaman pengguna terhadap tugas yang harus dilakukannya.
Sehingga
menjadi wajar untuk mempertanyakan pernyataan userfriendly .... yang sudah
mendarah daging , berarti hal yang dibicarakan adalah tingkat familiarity dari
pengguna terhadap sistem yang lama, bukan usability sistem. Seringkali orang
secara cepat dan gampang melakukan penilaian atas user friendly Tidak bisa
dengan langsung melihat bisa dilakukan penilaian sekilas. Jelas terjadi
pemahaman yang salah akan istilah user friendly dengan familiarity yang
mendorong ke arah easy to learn (sengaja digunakan terminologi asli yang digunakan
dalam bahasa ilmiah pada bidang user interface). Belum tentu suatu aplikasi
yang easy to learn adalah user friendly, begitu juga belum tentu suatu aplikasi
yang user friendly akan easy to learn. Dua hal ini harus dibedakan, yang
penting adalah 'usabilitas ' dari aplikasi. Saya kutipkan lagi dari buku User
Interface Design, suatu disain sistem user interface yang baik haruslah :
- Spesi_k untuk tugas tertentu
- Harus memiliki kinerja yang terprediksi
- Proses disain haruslah bersifat iteratif
- Desain harus memiliki kemampuan mengendalikan daripada melakukan evaluasi
- Disain harus sederhana
Dari persyaratan di atas jelas bahwa
eksibilitas untuk melakukan kustomisasi adalah berperah penting untuk menjaga
disain yang baik. User interface yang memberikan harga mati sangat sulit untuk
dikembangkan agar sesuai dengan tugas tertentu dan user tertentu. Dalam menilai suatu user interface
apakah buruk atau baik, tidak bisa dilakukan secara serampangan hanya dengan cara mencap kurang
user friendly . Metoda evaluasi telah
tersedia, misal salah satunya telah ada metoda yang secara standard dapat dijadikan acuan, misal ISO 9241
Dari standard tersebut tampak bahwa
untuk menilai suatu user interface learnability yang dipengaruhi familiarity
dari 'mental model ' dan 'conceptual model ' hanyalah merupakan salah satu
komponen. Sebagaimana digambarkan pada gambar di atas. Ketika si disainer
merancang sistem. Maka dia mengira-ngira bekerjanya sistem ini yang disebut
dengan 'conceptual model '. Begitu juga si disainer juga mengira-ngira
bagaimana kerja si pengguna ini yang dikenal dengan istilah 'cognitive model '.
Ketika sistem dijalankan, maka dalam benak si pengguna dia memiliki bayangan
harus bagaimana sistem bekerja ini yang disebut 'mental model ', begitu juga di
mesin dieksekusi suatu model (secara abstraksi) mengenai bagaimana perilaku
dari si pengguna ini yang disebut 'system model of operator '. Obyek dari user
interface akan berusaha membuat agar antara 'system model of operator ' cocok
dengan 'cognitive model ', dan 'mental model ' yang terbentuk di operator
sesuai dengan 'conceptual model ' dari disainer. Bila kondisi ini tercapai maka
user interface akan memberikan hasil yang baik.
3.2
Metoda pengujian usabilitas
Untuk dapat menilai suatu user
interface (apalagi sistem Window) tidak bisa sekedar melihat dan menggunakan
dalam beberapa menit. Beberapa metoda evaluasi haruslah diterapkan, misal pada
saat disain dilakukan metoda evaluasi seperti berikut :
Cognitive walkthrough
. Metoda ini diilhami oleh teori psikologi, evaluasi cara ini dilakukan secara
informal dan bersifat subyektir. Dilakukan dengan cara menjelajahi penggunaan
sistem
Tujuannya
untuk mengevaluasi system terutama ketika pengguna belajar melakukan tugas
tertentu. Biasanya evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui :
- Apakah akibat interaksi tersebut pada user
- Proses kognitif apakah yang terjadi
- Permasalahan 'learning' apakah yang timbul
- Perilaku sistem dapat diprediksikan
- Perilaku sistem konsisten
- Umpan balik disediakan oleh sistem
- Memori pengguna tidak terlalu dibebani
- Dialog bersifat task-oriented
Model based evaluation . Pada metoda ini dilakukan evaluasi
berdasarkan kriteria model dan tiap bagian disain.
Untuk
mengevaluasi sistem yang telah diimplementasikan dapat imanfaatkan beberapa
metoda misal
- Empirical method : dengan evaluasi melalui eksperimen. Memanfaatkan alat bantu statistik, untuk menghitung performance pengguna pada sistem. Jumlah dan jenis percobaan haruslah mewakili keadaan sesungguhnya
- Observational techniques . evaluasi ini bisa dilakukan dengan berbagai teknik misal : Think aloud . Pada teknik evaluasi ini, pengguna sebenarnya pada suatu sistem diobservasi ketika berinteraksi dengan sistem. Biasanya mereka diminta melalukan suatu task, dan ketika melakukan hal itu mereka akan 'meneriakkan' apa yang ada dipikirannya, pertimbanganya,dan keputusan aksi yang dilakukannya. Cara ini cukup menarik karena :
- Proses ini termasuk mudah dan dapat digunakan ,Pengguna didorong untuk memberikan kritik
- Evaluator dapat menemukan letak interaksi yang membingungkan dan dapat meningkatkan efekti_tas sistem dengan cara menentukan permasalahannya
- Protocol analysis. Dengan cara ini dilakukan pencatatan aksi yang dilakukan user. Dapat digunakan beragam metoda dan alat bantu :
- Kertas dan pensil
- Audio recording
- Video recording
- Computer logging
- User notebooks
- Autamatic protocol analysis. Dengan perangkat bantu analisis ini maka dapat dilakukan analisis interaksi user interface. Misal beberapa tool :
·
Experimental
Video Annotator (EVA)
·
Workplace
project dari Xerox PARC
· Post-task walkthrough. Kadang kadang data evaluasi dari
observasi langsung pada suatu saat tertentu tak dapat iinterpretasikan. Untuk mengetahui
alasan pelaksanaan aktion maka perlu dilakukan evaluasi cara ini. Sebab kadang
pengguna tak dapat 'bercerita' ketika sedang melakukan suatu aksi, terutama
ketika saat kritis dan sebagainya.
· Query
technique . Metoda yang tidak terlalu formal ini dilakukan dengan bertanya pada
user. Biasayna merupakan evaluasi pelengkap. Bisa dilakukan dengan :
- Interview . Biasanya pengguna akan ditanya, kesan-kesan menggunakan sistem ketika melakukan sesuatu tugas. Interview akan dilakukan baik bila telah dilakukan perencanaan di awal. Interview ini akan merupakan evaluasi 'high-level' yang akan mencoba menangkap, preferensi user, impresi dan perilaku.
- Questioner . Cara ini memang kurang eksibel dibanding interview. Tetapi lebih mudah dilakukan dan memakan waktu lebih singkat. Biasanya dapat dilakukan variasi pertanyaan antara lain :
- Pertanyaan dengan jawabab bebas (open ended). Untuk meminta saran dari user akan sistem.
- Skalar. Hal ini bertujuan agar pengguna menilai dengan menggunakan skala numerik.
- Pilihan ganda. Biasanya untuk menentukan hal manakah yang lebih disukai oleh user Rangking. Biasanya untuk mengetahui preferensi pengguna
No comments:
Post a Comment