Seperti
Telinganya Tersumbat
AL-QUR’AN
sampai menggambarkan mereka seperti ini, dikarenakan mereka sudah tidak lagi
memperdulikan peringatan Al-Qur’an, tidak mau mendegarkan ayat-ayat Allah,
bahkan setiap kali mendengar ayat-ayat Allah dibaca mereka selalu mengejek dan
menghinanya. Mereka senantiasa mempergunakan perkataan dan kepandaiannya
berceramah, berpidato dan berdiskusi untuk menyesatkan manusia dari jalan
kebenaran. oleh karena itu, Al-Qur’an menganalogikan mereka ini seperti orang
yang ada sumbatan pada kedua telinganya.
Sebagaimana
dijelaskan dalam surat Luqman :
“Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat
Kami dia berpaling dengan menyobongkan diri seolah-olah ia belum mendengarnya,
seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; beri kabar gembiralah dia dengan
adzab yang pedih.” (QS.Luqman:7).
Turunnya
ayat di atas in berkaitan dengan tingkah laku Nadhar bin al-Harits bin Kuldah,
ia adalah termasuk salah seorang yang
paling dipercaya omongannya di kalangan kaum Quraisy. Pada suatu hari ia datang
ke kota untuk member beberapa kitab,lalu mengabarkan kepada orang-orang Ajam,
ia juga bercerita di hadapan penduduk Mekah perihal isi kitab yang ia beli itu,
seraya berkata : “Sesungguhnya Muhammad itu telah bercerita kepada kalian
tentang kisah kaum ‘Ad dan Tsamud, sekarang akan menceritakan kepada kalian
tentang kisah kaum Faris dan kaum Rum”.
Setelah
masyarakat Mekah mendengar ocehan Nadhar bin al-Harits , mereka lalu menganggap
bahwa apa yang dikatakan oeleh Nadhar adalah sesuatu yang sangat menarik dan
indah akhirnya banyak masyarakat yang berpaling dari mendengarkan ayat-ayat
Al-Quran.
Apa
yang dilakukan oleh Nadhar bin al-Harits merupakan tindakan destruktif yang
merusak ideology umat untuk disesatkan, di jauhkan dari ajaran Tauhid dan di
dekatkan ke ajaran iblis. Karena itu Allah mengancam akan menyiksa terhadap
Nadhar dan orang-orang yang berperangai seperti dia, yang menjadikan Iblis
sebagai kiblat hidupnya.
Didalam
Tafsir Shawiy disebutkan, bahwa kata “beri
kabar gembira kepadanya” adalah untuk menetertawakan dan melecehkan
terhadap Nadhar ( dan para pengkutnya), sekaligus sebagai jawaban terhadap
tingkah lakunya yang zhalim tersebut.
Pada
umunya orang diberi khabar gembira adalah terhadap hal-hal yang menyenangkan
hatinya, yang bisa membuat dirinya riang dan senang. Akan tetapi apa yang
disebutkan oleh ayat diatas tadi dengan (beri kabar gembira kepadanya )
merupakan bentuk peringatan dan ancaman, serta penghinaan terhadap orang yang
bertindak desduktrif terhadap ideology ketauhidan, dalam hal ini adalah Nadlar
bin Al-Harits dan dedengkot-dedengkotnya yang lain. Sebab pada akhir ayat
tersebut ditutup dengan kalimat (dengan azab yang pedih).
Kalau orang sudah memproyeksikan hidupnya untuk melakukan kriminal, destruktif, amoral dan tindakan-tindakan munkar yang lainnya, termasuk menyesatkan umat dari jalan kebenaran dengan omongannyaatau pengaruhnya, maka nasehat dan peringatan Al-Qur’an tidak akan bisa menembus telinganya, seakan-akan telinganya itu terdapat sumbatan. Akibatnya ia semakin terperosok dalam lingkaran setan dan kema’siatan. Karena ia tidak mau mendengarkan ayat-ayat Allah.
Kalau orang sudah memproyeksikan hidupnya untuk melakukan kriminal, destruktif, amoral dan tindakan-tindakan munkar yang lainnya, termasuk menyesatkan umat dari jalan kebenaran dengan omongannyaatau pengaruhnya, maka nasehat dan peringatan Al-Qur’an tidak akan bisa menembus telinganya, seakan-akan telinganya itu terdapat sumbatan. Akibatnya ia semakin terperosok dalam lingkaran setan dan kema’siatan. Karena ia tidak mau mendengarkan ayat-ayat Allah.
Maka
tepat sekali tamsil yang ditengahkan Allah dalam ayat di atas. Semoga kita
diselamatkan dari propaganda setan yang menyesatkan, serta dijauhkan dari
tingkah laku yang merusak, baik merusak ideologi maupun merusak tatanan umat
yang sudah mapan.
Catatan
kaki :
Yang
dimaksudkan dengan “kepadanya” ialah
kepada orang yang mempergunakan perkataan-perkataan yang tidak berfaedah untuk
menyesatkan manusia.
No comments:
Post a Comment