Source Code

WEB, DESKTOP, MOBILE, Mata Kuliah, Ebook, Artikel, Jurnal Teknologi Informasi, Inspirasi , Motivasi, Literasi, Seputar Islam dan Cerita Lucu

Gambar Koala

Sunday, 27 March 2016

Jendela Islam "Mengatasi Kecemasan.."

“Dia-lah Rabb yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung “ ( QS ar-Ra’d [13]:[12).


Ayat di atas mengisyaratkan bahwa gelegar guntur atau kilat sebagai fenomena alam yang mampu membuat seseorang takut maupun cemas. Tentu ini bukan satu-satunya kejadian alam yang mampu memunculkan kecemasan. Bencana alam semacam badai, tanah longsor, gunung meletus dan gempa bumi mampu menimbulkan pengaruh psikologis yang sama.

Belum lagi kecemasan yang timbul akibat berbagai persoalan dalam masyarakat di sekitar kita. Setiap orang yang berhubungan dengan kita pun berpotensi untuk menjadikan kita tegang, stress, takut, cemas, was-was dan khawatir kalau kita tidak pandai-pandai menyikapinya secara arif.

Ketidakmampuan kita dalam menghadapi semua ini dengan baik hanya akan membuat kita menderita stress yang silih berganti. Hal ini pasti tidak diinginkan oleh siapapun termasuk kita. Orang yang normal pasti mendambakan hidup bahagia dan terbebas dari belenggu kecemasan.

Dan memang Allah menyuruh kita agar hidup bahagia di dunia dan akhirat, bebas dari segala kekhawatiran dan kecemasan. Bahkan Dia-lah penawar rasa takut dan cemas tersebut :

“ Maka hendaklah mereka menyembah Rabb Pemilik rumah ini (kabah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan” ( QS al-Quraisy :4).

Lantas bagaimana kita mendapatkannya ? Anda akan mendapatkan cara praktis bagaimana Anda dapat memutuskan sedikit demi sedikit simpul stress, khawatir dan kecemasan yang selama ini membelenggu Anda.



1.Ujian Ketakutan

 “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakukan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan :
Inna lillahi wa innaa ilaihi raajiuun
(sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali). Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS al-Bagarah : 157).


Sungguh, kecemasan dan kegelisahan adalah sesuatu yang sangat tidak menyenangkan. Makanan yang enak tidak pernah dinikmati oleh orang yang selalu dilanda keresahan. Rumah yang lapang tidak bisa dinikmati oleh hati yang gelisah. Kedudukan yang tinggi atau apapun yang sangat dirindukan oleh manusia tiba-tiba sirna tidak terasa ketika batin ini kehilangan ketenangan.

Allah swt berfirman :
Walanabluwannakum bisyaiim minal khaufi

“Dan sugnguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan”
 (QS al-Baqarah [2] :155)

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Allah swt memang sudah menetapkan bahwa kita akan ditimpa sesuatu yang membuat kita merasa takut, hal ini pasti akan terjadi pada semua manusia.

 


Sebab-sebab Stres

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : “Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS al-‘Ankabuut : 3).




Suasana Keluarga


Orang sering kali berkata mengalami stress. Sebenarnya yang terkena stress adalah suasana fisik sedangkan secara kejiwaan disebut depresi, yang artinya kira-kira adalah beberapa kecemasan dan ketegangan yang dapat disebabkan oleh banyak hal, diantaranya suasana yang terjadi dalam keluarga. Misalnya, orang tua kurang bijak dapat menimbulkan ketegangan pada anak-anaknya. Orang tua yang tidak berbuat adil atau memiliki reputasi buruk seperti selingkuh dapat menyebabkan anak-anaknya merasa tertekan.

Sebaliknya, orangtua juga dapat merasakan sters ketika anak-anaknya nakal. Batin tidak tentram dapat diakibatkan oleh kebanyakan anak ataupun tidak memiliki anak. Orang yang menikah lama namun belum juga dikaruniai anak seperti ini akan merasa sedih setiap kali melihat bayi.

Berumah tangga dapat pula menjadi beban.Misalnya dalam pernikahan, seorang suami yang selalu berikap kasar, egois, dan mau menang sendiri tentu akan menyusahkan sang istri. Sebaliknya istri yang berprilaku boros dan tidak menyejukkan di rumah dapat mengakibatkan suami mengalami stress.

Rumah tangga yang diwarnai dengan pertengkaran yang tiada hentinya dapat memunculkan stress. Hubungan yang bersifat pribadi dalam rumah tangga pun bisa menimbulkan stress. Belum lagi perilaku besan dan mertua yang kalau tidak hati-hati dalam mensikapinya juga dapat menjadi biang stress. Sikap mereka yang senantiasa turut campur urusan rumha tangga dan ingin dibelikan segala sesuatu dapat menimbulkan masalah buat kita. Belum lagi adik ipat ataupun keponakan yang sedang dititipkan, semua ini bisa menjadi sumber stress.

 


Hubungan Interpersonal

Termasuk sumber ketegangan adalah hubungan interpersonal kita. Ketika kita punya calon pendamping, tiba-tiba dia menikah dengan orang lain. Atau ada seseorang yang jatuh cinta kepada seseorang yang tidak jatuh cinta kepada dirinya. Atau kita dicintai orang banyak yang ternyata kita tidak mencintai kepada satu orang pun diantara mereka. Tiga orang mencintai kita dan kita tidak merasa cocok dengan satupun diantara ketiganya.

Pekerjaan

Ada lagi yang bisa membuat seseorang dipenuhi dengan rasa ketegangan; tentang pekerjaan yang terlalu banyak sehingga ia merasa sangat terbebani dan stres. Atau ia diberi masalah yang tidak sesuai dengan latar belakang keilmuannya, ia menyenangi seni tetapi tiba-tiba saja diberi masalah yang berhubungan denga fisika. Jadi, pekerjaan yang tidak cocok ataupun yang tidak sesuai dengan keinginan bisa menimbulkan stress.

Musim mutasi dapat menjadikan pikiran kita tegang karena rasa takut dipindahkan ke tempat kerja yang jauh. Stres juga dapat ditimbulkan karena musim PHK dan krisis ekonomi. Masalah ekonomi seperti kebutuhan yang tidak mencukupi di satu sisi, dan anak yang semakin banyak di sisi lain mengharuskan orang tua membanting tulang, kesemuanya ini dapat mengakibatkan stress.

Para pedagang yang dagangannya tidak laku dapat pula terkena stress. Memang serba salah, punya pekerjaan dapat terkena stres, apalagi tidak punya. Kebutuhan sehari-hari yang selalu tidak tercukupi bisa mengakibatkan tekanan yang luar biasa.

Lingkungan Rumah

Masalah lingkungan sekitar rumah dapat pula membangkitkan rasa sters. Kadang bertetangga itu tidak mudah. Tetangga bisa mencuri kebahagiaan kita. Perilaku tetangga yang tidak cocok dengan kita dapat membuat pikiran kita tegang. Misalnya ada tetangga yang senang menyabung ayam.Kalau tidak terampil mengolah diri, maka menghadapi lingkungan semacam ini dapat menjadi beban pikiran yang luar biasa bagi kita.

Peradilan

Masalah hukum dapat membuat pusing seseorang. Ketika kita terjerat dalam suatu kasus yang menyebabkan kita akan terkena tindakan perdata ataupun pidana oleh pengadilan. Kita akan berhubungan dengan polisi, borgol, penjara dan lain-lain yang dapat menjadikan stress.
Kita akan mendapatkan panggilan dari kejaksaan. Bagi sebagian orang yang jarang bertemu dengan jaksa, pertemuan dengan jaksa bisa membuat stress.

Kondisi Fisik

Perubahan perkembangan fisik kita dapat membangkitkan rasa stress. Ketika berubah dari kanak-kanak menjadi remaja, tiba-tiba suara kita terdengar menjadi besar walaupun badan tetap kecil. Betapa tidak seimbangnya suara ini dengan tubuh. Kita tidak bisa menahan laju pertambahan umur. Seorang wanita mungkin masih saja merasa belum tua kendatipun usianya dibawah 30 tahun. Akan tetapi diusia tersebut, mulailah terlihat ada keriput diujung mata, bibir, serta perubahan lain yang semakin bertambah.

Perubahan ini kalau tidak disikapi dengan benar bisa membuat stress.Semakin lama manusia menjadi makin tua, namun banyak orang yang tidak dapat menerima perubahan fisiknya ini seakan mereka ingin muda terus. Mereka pun berusaha keras agar tetap awet muda dengan beragam cara seperti memakai mangir atau jamu apa saja. Seorang wanita mengalami masa di mana mereka berhenti haid. Ini juga akan membuat stress kalau kurang hati-hati dalam mensikapi.

Kendala fisik dan kesehatan pada diri kita juga menjadi sumber stress. Istri yang sakit merasa takut ditinggalkan oleh suaminya sehingga hatinya terasa lebih sakit pada tubuhnya. Sebaliknya suami yang sakit takut tidak bisa bekerja. Kondisi ini menyebabkan beban pikirannya lebih berat daripada penyakitnya.


 

3. Bukan untuk stress
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah” (QS. Az-Zumer :23).


Tenang dengan Mengingat Allah

Kalau terus-terusan seperti ini, lalu kapan hidup kita bahagia? Beginilah keadaan kita kalau tidak terampil dalam bersikap, yang kita dapatkan hanyalah kesengsaraan dalam hidup. Kalau dijalanan yang macet kita menjadi stress, begitu pula hujan, uang yang tidak cukup untuk jajan, berita mengerikan di Koran, di TV yang semuanya ini menjadikan kita tertekan, cemas dan kemudian kita pun meninggal dunia dalam keadaan yang demikian maka kapan kita merasakan kebahagiaan? Lalu apakah Allah memang telah mentakdirkan kita sebagai ahli stress ? Allah telah menjanjikan :

Alaa bidzikrillahi tathmainnul quluub.
“Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram” (QS ar-Ra’d [13]:28).

Hendaklah kita camkan ayat di atas dalam hati kita : kita ini merasa tentram jikalau tidak larut di dalam persoalan yang kita hadapi. Sebaliknya ketentraman akan dirasakan manakala hati larut dalam pertolongan dan perlindungan kasih saying Allah. Seperti yang telah sering diungkap, sepatu yang kita miliki bisa menimbulkan stress kalau ditaruh di dalam hati. Kalau sepatu hanya ditempatkan pada kaki, di letakkan di luar dan tidak di dalam hati, maka ketika sepatu tersebut hilang kita tidak akan stress. Kita tidak akan dilanda kecemasan dengan terus-menerus memikirkan nasib sepatu tersebut.

“Alangkah ruginya seseorang yang hidup sekali namun dipenuhi dengan pikiran yang tegang”

Tegang Karena Cinta Dunia

Kalau apapun yang kita miliki di dunia ini, seperti pangkat dan kedudukan, sudah melekat di hati maka itu pertanda hidup tidak bahagia. Kedudukan adalah tempat kita menduduki kedudukan. Jadi kita tidak diduduki kedudukan. Kalau kedudukan kita tempatkan dalam hati, maka ketika hendak dimutasi kita akan terserang stress. Belum punya kedudukan takut tidak kebagian, sudang punya kedudukan takut dipindahkan, kalau begini kapan bahagianya:

Ketika punya uang cukup didompet, maka hendaklah kita pegang uang tersebut dengan tangan bukan dengan hati. Karena uang tersebut dating dan pergi begitu saja dan tidak ada yang bisa menahan.

Sungguh sangat menderita orang yang terkena stress.Orang ini biasanya mengalami gejala-gejala seperti leher yang terasa pegal, semangnat yang mendadak muncul membara, dan lain sebagainya. Ada yang tiba-tiba malas makan, susah tidur, sering buang air kecil dan kembung. Yang pasti kita tidak boleh menghancurkan hidup di dunia yang sekali ini hanya karena kurang ilmu dan kurang terampil dalam mengolah hati.


5. Siap Menghadapi Kenyataan

“Tiada sesuatu bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Luhul Mahfuzh) sebelum Kamu mencitakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka sita terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS al-Hadiid :22-23).

Jadi harus bagaimana ? Manusia harus sadar bahwa hidup adalah sebagaimana yang mereka alami, tidak ada yang aneh. Kita akan sering menghadapi hal-hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan kita. Atau kejadian-kejadian yang sesuai dengan perkiraan kita maupun yang tidak kita sangka akan terjadi. Ini realistis sekali. Sehingga tidak mengherankan seandainya yang akan terjadi besok tidak sesuai dengan keinginan kita. Bukanlah hal yang aneh manakala apa yang kita sukai tidak ada, sebaiknya yang tidak kita sukai ada. Kita harus sangat siap menghadapi hal-hal yang tidak terduga karena itu memang bagian dari seni hidup.

Karyawan Lugu
Ketika kita dijadikan sebagai pemimpin, hendaklah kita berharap untuk mendapatkan yang enak-enak saja. Kekurangan ilmu dan keterampilan menata hati dapat membuat jabatan pemimpin sebagai biang stress. Stress juga akan dirasakan bawahan manakala sang pempimpin tidak bijaksana. Lalu apakah ini berarti bahwa sang bawahan tidak akan stress kalau menduduki kursi pimpinan.

Belum tentu juga, bisa jadi ketika sudah jadi pemimpin stresnya masih saja ada. Misalnya karyawannya berasal dari kampong, sehingga sangat lugu dan selalu salah dalam melaksanakan perintah sang atasan. Maka sikap yang benar adalah kita harus sangat siap menghadapikenyataan dan tidak boleh mengeluh. Ketika ada hal-hal yang tidak diduga dan tidak menyenangkan terjadi, kita harus siap.
 
           

Motor Cicilan
Ada seorang yang baru saja membeli motor dengan cara mencicil, namun tanpa asuransi. Suatu saat motornya hilang. Dia pun merasa sedih dan merana : “Padahal saya baru akan mencicil motor tersebut”

Kalau kita mau jujur, ataupun tidak keluar perkataan tersebut dari mulut kita, tidak akan merubah kewajiban kita untuk mencicil pembayaran motor yang hilang tersebut. Jadi sebenarnya tidak ada gunanya terlalu bersedih hati dan menggerutu. Allah lah yang nanti akan membantu kita membayarkan cicilan kalau kita menjalani musibah ini dengan benar sesuai petunjuk-Nya insya Allah. Cicilan Rp.300.000 ,- per bulan mungkin memang berat bagi kita, akan tetapi tidak sulit bagi Allah menolong hamba-Nya. Bisa saja Allah memberi kita uang satu juta, maka Rp.300.000,- dipakai untuk membayar cicilan dan kita masih untung Rp.700.000,-

 


6. Sesuai Kemampuan Kita
“Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianianya” (QS al-Mu’minuun :62)

Mempersiapkan Hati
Keterampilan untuk bersikap realistis, menghadapi kenyataan

No comments:

Post a Comment